Sabtu, 15 Januari 2011

kisah raja-raja cabul

PETUALANGAN CINTA RAJA CABUL ROMAWI -- CALIGULA (3) -- Caligula Jadi Raja
Post under RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA


Siang di kastil. Caligula sedang bermesraan dengan Drussila di kamar. Keduanya bak pengantin baru. Bercumbu dan bermain seks sepuas-puasnya. Tanpa perlu berpikir panjang, bahwa mereka adalah adik dan kakak.

Saat itulah pintu kamar diketuk dari luar. Ketika terbuka, muncul sesosok laki-laki gagah berseragam pasukan Romawi. Dia adalah Macro. Teman Caligula, yang datang untuk menyampaikan berita dari raja. Caligula dipanggil ke istana.
Raja sendiri sudah sangat tua dan sakit-sakitan. Kalau sampai raja mati, ada tiga nama yang berpeluang menggantikannya. Pertama adalah Caligula yang gagah dan cukup dewasa. Kedua adalah Gemellus, saudara tiri Caligula yang masih kecil. Dan ketiga adalah Claudius, Sang Paman yang terkesan bloon. Namun itu kapan? Sebab para tabib istana terus berjuang keras, agar raja jangan sakit apalagi meninggal dunia.
Hari itu, ketika usia Caligula tepat 24 tahun, raja kembali ambruk. Ia sakit akut. Berbagai kerabat mulai dikumpulkan, dan mereka diminta agar bersiap-siap jika terjadi sesuatu. Saat itulah raja yang terbaring lemah itu memanggil Caligula, dan memanggil juru tulis yang merangkap bendahara istana. Dengan terbata-bata raja memberi wasiat. Jika terjadi sesuatu, maka Caligula yang bakal menggantikannya.

Habis mengungkapkan wasiat itu, raja tak sadarkan diri. Suaranya lirih, tak jelas apa yang dimaui. Caligula pun berinisiatif untuk membiarkan raja sendirian. Ia menepuk tangan, dan seluruh kerabat yang ada pun keluar ruangan.

Kini di ruangan itu tinggal Caligula dan raja Tiberius yang terbaring koma. Saat kritis itu, Macro datang. Sebagai teman setia, Makro bersedia melakukan perintah Caligula, yakni membunuh sang raja. Ia mengambil sebuah selendang. Dengan benda itu raja dicekik hingga mati.

Setelah mengeksekusi raja, Macro beranjak pergi. Ia menyuruh agar Caligula mulai mengambil kekuasaan. Mengumpulkan seluruh kerabat, dan mengumumkan dukacita. Tapi Caligula belum melakukan itu. Ia kini yakin, kekuasaan sudah di tangan.

Balairung. Pesta besar sedang digelar. Para jenderal, senat, dan pembesar istana yang lain hadir. Hari itu Caligula naik tahta, menggantikan raja Tiberius yang meninggal. Ia akan mengumumkan susunan kabinetnya.

Ada banyak yang was-was. Muka-muka cemas menghinggapi para elit politik yang datang. Ada ketakutan di wajah mereka. Takut posisinya yang nyaman selama ini dicabut atau dibatalkan oleh raja baru. Hanya ada satu pejabat negara yang yakin dengan dirinya. Dia adalah Macro, teman sekaligus Menteri Pertahanan Romawi.

Caligula mondar-mandir di ruang utama. Tangannya menggenggam segebok aturan. Tanpa pengantar yang tertata, ia mulai berpidato. Suaranya menggema, terkesan gagap dan gugup. Saat itulah para jenderal mulai berisik.

Caligula sadar kemampuannya diragukan. Untuk menggaet simpati, dengan suara keras Caligula berjanji. Ia tetap memberi hak istimewa bagi para pejabat negara. Dan tetap mempertahankan struktur yang ada. Saat itulah tepuk sorak bergema. Mereka secara aklamasi mendukung raja yang baru itu.

Usai berpidato dan dikukuhkan sebagai raja baru, didampingi para menterinya, Caligula memeriksa pasukan bersenjata Romawi. Wajah-wajah para menteri itu kini ceriah. Mereka merasa posisinya telah aman. Kembali ikut menikmati kemewahan dan kemegahan fasilitas kerajaan.

Namun saat di ruang utama upacara, tiba-tiba Caligula mengajak semua menterinya berhenti. Ia mulai membuka kronologis kematian raja Tiberius. Tiba-tiba Caligula menuding Macro telah membunuh raja.

Macro kaget. Ia ditangkap. Macro tak berdaya. Laki-laki yang loyal terhadap Caligula itu pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia digelandang pergi. Dijatuhi hukuman mati. Habis menjerat Macro, Caligula kembali ke peraduan. Ia menyuruh pengawalnya memanggil Ennia, istri Macro. Wanita yang belum tahu nasib suaminya itu dengan langkah manja mendatangi Caligula. Ia bergelenjot di tubuh Caligula. Dalam bayangannya, tak lama lagi, ia bersama suaminya bakal menjadi orang terpenting dalam kerajaan Romawi, bersama Caligula, Sang Raja, kekasihnya.

Caligula membiarkan sikap manja Ennia itu. Laki-laki ini seperti biasanya, memainkan payudara wanita ini. Dengan ekspresi manja dan minta dipuasi, Ennia menyambut rayuan Caligula itu. Mereka mulai bercinta di sofa. Bergulingan. Bertindihan, untuk saling merangsang birahi.
Setelah itu disusul irama rutin berupa rintihan dan lenguhan selama hampir lima belas menit. Keduanya tergolek lunglai di ranjang. Caligula buru-buru mengenakan pakaian, disusul Ennia. Wanita ini agak keheranan dengan sikap Caligula kali ini. Sebab biasanya ia tak secepat itu. Laki-laki ini awal sampai akhir sangatlah romantis. Tapi hari ini tak seperti itu.

Saat Ennia dan Caligula masih bermesraan di sofa dalam keadaan berpakaian lengkap, pintu pun diketuk. Pintu dibuka para dayang. Saat sudah terbuka, maka di pintu itu berdiri beberapa menteri minus Macro. Ennia pun bertanya, dimana suaminya.

Menteri Pertahanan baru yang menjawabnya. Ia menerangkan tentang apa yang barusan terjadi. Mendengar itu Ennia kalap. Ia marah dan meludahi muka Caligula. Tapi apa yang terjadi? Tanpa ekspresi Caligula menyuruh agar Ennia juga dibawa serta. Wanita itu ikut dijatuhi hukuman mati. Para pengawal disuruh mengangkut Ennia bersama sofa yang habis dibuatnya bercinta.

(Bagian 5) -- Caligula Tampar Drusila
PETUALANGAN CINTA RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA (Bagian 5) -- Caligula Tampar Drusila
Post under RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA


Malam di istana. Seperti biasa, malam itu sedang digelar pesta. Selain makanan dan minuman sebagai menu utama. Yang tak bisa ditinggalkan adalah para wanita. Gadis-gadis telanjang disuruh menemani dan merangsang laki-laki. Dan kalau birahi telah memuncak, mereka pun sah-sah saja untuk disetubuhi di arena pesta itu.

Caligula datang di pesta ini bersama Drussila dan Caesonia. Ada yang berubah dalam diri wanita ini. Tubuhnya tak langsing lagi. Ia agak gemuk. Itu bisa dimaklumi. Sebab perut permaisuri ini kelihatan buncit. Ia sedang hamil.

Ketiga orang terhormat ini dipersilahkan duduk di singgasana tanpa kursi. Mereka bertiga menempati itu. Tak lama kemudian datang tiga gadis cantik. Mereka datang untuk menemani Sang Raja. Mereka telanjang. Duduk manis menunggu perintah. Perintah Sang Raja terhadapnya.

Perintah itu sudah bisa diterka. Kalau tidak untuk ditowel dan dimainkan bagian tubuh sensitifnya. Tentu, ia disuruh untuk merangsang Sang Raja. Rangsangan dari tingkat rendah, hanya sekadar menciumi dan mengelus-elus tubuh raja. Sampai rangsangan tingkat tinggi, memainkan oral seks, heteroseks hingga sodomi.

Itu semua dimaklumi. Raja sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan, didalamnya secara implisit juga terkandung kekuatan seks dan pemenuhan kebutuhan itu. Maka tak berlebihan, dimana saja raja berada, maka perempuan cantik selalu tersedia. Caesonia, sebagai permaisuri yang bekas gundik istana, sangat paham soal itu.

Saat Caligula dan rombongan telah duduk, laki-laki ini menepuk tangan. Tiga dara bugil itu pun mendekat. Ia bergelenjot di tubuh raja muda ini, dan dengan buahdada serta mulutnya, gadis-gadis itu menggesek-gesek punggung, paha, dan bagian sensitif raja. Dirangsang seperti itu, Caligula biasa-biasa saja.

Untuk memulai acara, musik pun mulai bergema. Suara dari berbagai perkusi itu menghidupkan pesta. Caligula dengan gagahnya berdiri. Ia mengatakan, hari itu ia ingin bergembira. Dan untuk menyemarakkan pesta itu, ia ingin Caesonia menari.

Mendengar itu Caesonia protes. Ia sudah hamil tua. Tak mungkin itu dilakukan. Kalaulah dipaksa, ia takut akan keguguran. Bayi yang dikandungnya gugur. Protes Caesonia ini juga diperkuat Drussila. Ia menolak keinginan raja.

Caligula bersikukuh. Ia berdiri sambil marah. Ia menampar Drussila, Sang Adik. Drussila pun keluar pesta. Ia lari. Kabur ke kamarnya. Yang mengejutkan, kemarahan Caligula itu membawa korban lain. Seorang prajurit yang berdiri menghalangi, disuruh dibunuh. Ia ditangkap dan digelandang ke ruang eksekusi.

PETUALANGAN CINTA RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA (Bagian 6) - Hamil Wajib Menari Bugil
Post under RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA



Caesonia tak bisa menolak. Ia mulai melepas pakaian yang dikenakan. Satu demi satu busana wanita ini dilepas. Dari penutup payudara sampai penutup bagian bawah. Wanita ini bugil. Tubuh mulusnya tak terhalangi selembar kain pun. Perutnya yang membesar nampak indah. Pusarnya menonjol. Dan di daerah vitalnya, rimbun perdu menggumpal.
Payudara wanita ini sangat indah. Kelihatan montok dan kencang. Bagian itu tak terlalu besar, tetapi jelas-jelas kelihatan subur. Itu sebagai pertanda, usia kehamilan wanita ini sudah tua. Setelah bugil, ia melangkah ke depan. Langkah yang agak ragu dan sedikit tertekan karena merasa dilecehkan.
Musik pun mulai bergema. Geraknya tertata. Ia melenggak-lenggokkan pinggulnya yang mulus dan berisi. Payudaranya bergoyang-goyang menggairahkan. Dan tangannya merentang menirukan gerak burung seperti sering yang diimpikan Caligula.
francesco-vezzol-caligulaSecara berirama, kaki wanita ini bergerak lincah. Tarian yang dibawakan wanita ini begitu mempesona. Menyita perhatian yang hadir. Dan menyihir para laki-laki yang malam itu ikut menyaksikan penampilan wanita mantan gundik yang kini menjadi permaisuri raja itu.
Gerak dari tubuh bugil Caesonia itu membangkitkan nafsu birahi. Ada banyak wajah-wajah menegang yang terbuai dengan gerakan tubuh wanita ini. Namun yang hadir tak berani menggoda atau berteriak kasar. Sebab mereka sadar, yang sekarang telanjang dan menerbitkan birahi itu bukanlah orang sembarangan. Ia adalah permaisuri raja. Salah sedikit saja memberi apresiasi, bisa-bisa nyawa taruhannya.
Caligula nampaknya terpesona dengan penampilan istrinya itu. Ia memberi applaus. Ia menyingkirkan dua gundik yang merayapi tubuhnya. Setelah itu ia berdiri, merangkul, dan mencumbu istrinya yang bugil itu.
caligula_oneCaesonia sebagai wanita yang profesional dalam menservis laki-laki, menyambut cumbuan itu. Tubuhnya bergelenjot mesra. Melalui mulut dan tangannya, wanita ini melakukan perangsangan. Saat Caligula mulai terbangkitkan nafsunya, Caesonia pun dibopong masuk peraduan. Di tempat itulah Caligula dan Caesonia melepas hajatnya. Tapi adakah hanya itu? Tidak, sebab ada prajurit yang harus menjadi korban pesta malam itu?

PETUALANGAN CINTA RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA (Bagian 7) -- Penis Dipotong, Vagina Dibasahi Darah
Post under RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA


Malang nian prajurit istana ini. Hanya gara-gara dekat-dekat raja yang sedang emosi, ia terkena getahnya. Bukan jabatan yang dicopot, tetapi nyawanya yang dipisahkan dari raganya. Ia dieksekusi mati. Kematiannya dilakukan secara perlahan-lahan.
Caligula memang raja yang pemberang. Protes Drussila yang tak setuju kakak iparnya yang sedang hamil besar disuruh menari bugil menelan jiwa. Seorang prajurit yang dekat dengan peristiwa itu langsung dieksekusi.


Prajurit itu digelandang keluar. Di ruang pembantaian, laki-laki itu ditelanjangi. Caligula mencabut pedang dari prajurit yang lain. Dengan sadis ia menorehkan pedang itu ke tubuh prajurit tak berdosa itu. Ia menusukkan pedang itu berulangkali. Dan setelah itu memberi instruksi pada prajurit yang lain agar membunuhnya secara pelan-pelan.


Prajurit yang lain, karena takut, melakukan perintah itu. Ia tusuk perutnya, dan ia penggal kepalanya. Prajurit yang malang itu pun menemui ajalnya. Ia tewas bermandi darah.


Melihat prajurit yang dibencinya itu cepat mati, Caligula marah-marah. Ia menyebut kematian itu terlalu cepat. Untuk melampiaskan kemarahannya itu, raja ini pun menyuruh agar penis laki-laki malang itu dipotong dan diberikan untuk makanan anjing. Dan, tak ada yang berani untuk tidak melakukan instruksi itu.


Saat anjing besar memakan penis prajurit itu, Caligula bersuka cita. Ia merasakan kejengkelannya terobati. Ia pun berteriak kegirangan, dan memanggil Caesonia, permaisurinya.
Ketika wanita hamil besar ini datang, Caligula menyuruh wanita itu membasuh liang peranakannya dengan darah segar prajurit itu. Raja ini menyebut, itu sebagai bagian dari pengalihan kekuatan Sang Prajurit ke bayi yang bakal dilahirkan.


Caesonia pun patuh. Ia kembali menanggalkan pakaian kebesarannya. Ia telanjang bulat. Nampak payudaranya kencang dan padat berisi. Perutnya membuncit. Pusarnya menonjol keluar. Dan bulu kemaluan wanita ini tumbuh lebat menutupi sebagian wilayah yang tersembunyi.


Tanpa ragu wanita itu jongkok mekangkang di atas tubuh prajurit yang mati bermandi darah itu. Ia menempatkan kemaluannya di bekas penis prajurit yang sudah dipotong itu. Darah yang menggenang di daerah itu ia duduki. Ia putar pantatnya, agar darah prajurit itu bisa membasahi sampai ke dalam lobang peranakannya.


Tak puas hanya itu, melalui tangannya, Caesonia meraup darah itu, dan memasukkan ke dalam kemaluannya. Nampak wilayah sensitif permaisuri ini basah kuyup. Darah yang sudah menggumpal itu memenuhi paha, kemaluan, sampai perutnya yang sudah menggunung.


PETUALANGAN CINTA RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA (Bagian 9) -- Raja Tulis Surat Wasiat
Post under RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA



Drussila masuk ke peraduan raja. Ia histeris melihat kakaknya sedang berperang melawan maut. Gadis ini merangkul kakaknya. Ia mengelap dahi raja yang dipenuhi keringat. Dan menciumi pipi raja yang terserang penyakit akut itu.

Para tabib yang ada di dekat raja mengingatkan Drussila agar tidak dekat-dekat raja.

Mereka berusaha agar gadis ini tak menyentuh tubuh raja. Sebab jika itu dilakukan, mereka takut gadis ini akan tertulari virus demam yang membawa maut itu.
Tapi Drussila tak perduli. Ia tetap melakukan itu. Malah saking tak perdulinya, gadis ini pun sampai lupa menjaga bagian tubuh terlarangnya agar tak dilihat orang.

Maka di balik rasa kasihan melihat raja yang sakit, para tabib dan menteri pun menarik nafas panjang. Mereka tergoda melihat kemaluan Drussila yang terbuka.

Gadis ini merangkul Sang Raja. Ia menciumi dengan sepenuh jiwa wajah Sang Kakak. Dan seperti biasa, dengan watak keibuan, gadis ini menyorongkan payudaranya. Dan kakaknya dengan rakus menciumi dan mengulum payudara Drussila seperti seorang bayi yang sedang netek.

Saat itulah Caligula mendapat ketenangan. Nafasnya tak lagi memburu. Dan ketakutannya menghadapi maut tak lagi nampak. Malah, dengan suara yang tenang ia meminta Longinus, bendahara istana untuk mendekat. Caligula ingin menuliskan surat wasiat, jika umurnya tak lagi panjang.

Menteri Keuangan yang berpenampilan aneh ini pun duduk di dekat Sang Raja. Dengan tertatih-tatih Caligula mulai mendikte. Ia mengatakan, bahwa segala harta benda dan kekuasaan yang ada akan jatuh ke tangan Drussila, jika sampai raja wafat. Dan ia ingin keputusan itu didukung oleh seluruh elit politik kerajaan Romawi.

Habis menulis surat wasiat itu, Caligula tidur tenang. Panasnya tetap menaik, keringatnya tetap membasahi sekujur tubuhnya, tetapi dari raut mukanya tampak, bahwa rasa sakit yang menimpa Sang Raja mulai berkurang. Namun benarkah Caligula akan mati akibat sakit demam?

Di Kutip Dari kiftiya.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar